
Sedangkan Deon yang akan 'mengobrak-abrik' bangunan tersebut menjadi ragam nada dan alur ke antah berantah. Sebagian besar Moki, Bennet, dan Ade yang membangun konstruksi awal musik dan lirik. Lirik dan musik yang telah tersusun rapi, lantas menyublim menjadi sebuah alur nada dan narasi yang sungguh berbeda dari konstruksi awalnya. Sangat menarik adalah ketika ada proses konstruksi dan dekonstruksi yang berkesinambungan. Saya sempat berbincang dengan Bennet hingga mengetahui bagaimana proses kreatif mereka dalam menciptakan karya. Menariknya lagu-lagu di album Nyalang ini lahir dari proses inkubasi singkat dua hari lamanya di sebuah rumah di Jakarta Selatan tahun lalu ketika keempat personel berjumpa. Tujuh tahun tentu menjadi masa yang penuh ragam cerita dari masing-masing personel Airportradio. Nyawa yang telah utuh terkumpul, membelalak, nyalang hingga berbayang.

Airportradio meluncurkan karya yang sungguh bernyawa. Sebuah syair juga dibacakan oleh seorang di balik layar bagai menonton sajian wayang. Sejumlah komposisi dibawakan dengan memutar video yang menyuguhkan ilustrasi visual di layar belakang. Buaian malam itu ditambah dengan pendar-pendar cahaya yang bermain dengan lihainya, ada yang monokrom, namun ada juga yang kaya warna namun tetap dalam nuansa temaram. Bunyi hadir dengan bersahaja, perlahan tapi pasti mulai memikat dan merangkul erat, membawa kita pada ruang dan waktu saat itu, serta ruang dan waktu lain yang mengawang-awang. Denting lonceng disusul pukul bunyi drum oleh Moki, bass oleh Ade, syinth oleh Deon, vokal oleh Bennet, serta melibatkan additional player untuk keyboard dan tiga buah cello.

Denting lonceng menyusul kemudian bersamaan dengan para personel memasuki ruang panggung hitam dengan pakaian serba hitam pula yang didesain khusus oleh Lulu Lutfi Labibi untuk pertunjukan ini. Ruang yang gelap dan sunyi mengawali perjalanan bunyi malam itu. Mereka adalah Ig Raditya Bramantya, Katia Engel, Faozan Rizal, Lala Bohang, Lulu Lutfi Labibi, Roby Dwi Antono, Ruth Marbun, Terra Bajraghosa, dan Wulang Sunu. Karena itu pula, pada kesempatan kali ini Airportradio menggandeng sejumlah seniman untuk meruangkan imajinasi dalam karya. Senantiasa memberi ruang luas untuk pemaknaan, pun imajinasi. Memang demikiankah Airportradio sedari dulu. Aih, kalau dituruti mungkin akan lebih banyak tanda petik di sini.

Setelah 'Turun dalam Rupa Cahaya' 8 tahun yang lalu kini ia 'Nyalang hingga Berbayang'. Airportradio sebuah band yang digawangi empat personel Bennet, Moki, Deon, dan Ade kini telah siap berada di 'landasan pacu' meluncurkan karya terbarunya. Sebuah ruang pertunjukan berkonsep black box dimasuki, penonton bebas memilih posisi manapun di jajaran tempat duduk berundak. Meremang dan mengantar pada gulita dan sunyi. Cahaya yang berasal dari nyala lilin, instalasi berbahan dasar kayu karya Octo Cornelius, pun video instalasi karya Kikiretake membuat langkah ini memelan tanpa gesa.

Sebuah lorong gelap dengan titik-titik cahaya menyambut kedatangan penonton malam itu. MERAYAKAN GULITA DAN MERASAKAN SEGALA DEGUP DI DADA There are several articles I wrote which most of them are based on my study, research, artistic and cross-cultural experience.ġ.
